siang itu, jam 14.00, kami start dari basecamp di Desa pakembinangun, Sleman. Jeep khusus – modifikasi Willys era Perang Dunia II yang tangguh – siap menggeram. Mesin dieselnya mengaum, ban besar bergigi siap mencengkeram medan ekstrem. “Siapkah kau menaklukkan Merapi?” tanya Mas Joko, sopir kami yang sudah 15 tahun jadi 'raja jalanan lava'. Satu Anggukan, dan Petualangan dimulai!
Jeep meluncur dari aspal mulus ke trek tanah berbatu. Lereng Merapi menyambut dengan panorama hijau sawah dan perkampungan Jawa yang damai. Tapi jangan tertipu! Hanya 5 menit, kami sudah memasuki 'zona merah' – bekas aliran lava erupsi 2010 yang menghanguskan 3 desa. Batu-batu andesit raksasa berserakan seperti mainan raksasa yang membuang dewa gunung. "Ini bukan jalan biasa, ini sejarah hidup!" seru Mas Joko sambil menginjak gas. Adrenalin langsung memuncak – jeep meloncat di atas lubang, miring 45 derajat di tanjakan curam. Rasakan getarannya? Itu Merapi sedang berbisik: "Aku masih hidup!"
Sorotan pertama: menyebarkan Kali Opak! Sungai ini pernah menjadi monster lava panas yang mengalir 17 km dari kawah Merapi. Kini, airnya jernih mengalir di antara tebing batu hitam. Jeep kami plunjar masuk – air setinggi larangan, cipratan basah kuyup sampai ke kursi belakang. Wah, seperti naik perahu di darat! kata seorang teman di sebelahku. Tapi ini bukan main-main; jeep khusus ini dilengkapi mesin snorkel anti banjir dan winch penyelamat. Saat roda tergelincir di pasir vulkanik, Mas Joko tarik tuas – winch menggigit batu, dan kami selamat! Pelajaran pertama: Alam tak pernah kalah, tapi dengan persiapan, manusia bisa berdansa dengannya.
Kami melaju di 'lava field' seluas lapangan bola ratusan kali. Di kiri, Museum Sisa Hartaku – rumah-rumah hangus yang dibiarkan utuh sebagai monumen. "Lihat itu, jam dinding masih nunjuk pukul 3 pagi saat erupsi," cerita Mas Joko. Hati terenyuh, tapi semangat bangkit: Warga lokal bangun kembali, jadikan bencana di ladang rezeki wisata. Jeep kami zig-zag antar bunker pengungsian era Soeharto, melewati 'Alien Rock' – batu aneh berbentuk wajah extraterrestrial akibat hembusan awan panas. Foto-foto? Wajib! Setiap tikungan adalah kartu pos hidup. Di sini, Anda bukan turis pasif – Anda penjelajah yang menulis cerita sendiri!
Berhenti di 'Stonehenge Merapi' – formasi batu lava alami yang mirip situs kuno Inggris. Parkir jeep, kami turun eksplor. Sentuh batu itu: masih hangat dari matahari, tapi ingat, dulu suhunya 1.000 derajat Celcius! Lanjut ke Mini Museum, lihat motor vespa meleleh, sapi batu, dan foto-foto heroik relawan. “Merapi ajarkan kami resiliensi,” kata Mas Tono, pemandu lokal. Inspirasi mengalir: Dari abu lahir kehidupan baru – kampung wisata, kopi Robusta premium dari tanah vulkanik. Motivasi? Bangkitlah dari kegagalanmu, seperti Merapi yang meletus namun tetap megah!
Jeep kembali ke basecamp saat matahari condong. Tubuh pegal, baju berdebu lava, tapi hati penuh api semangat. Total 2 jam perjalanan (bisa pilih paket pendek/ panjang), harga mulai Rp 350.000/orang untuk 4 orang per jeep. Aman? Ya, dengan helm, asuransi, dan sopir berlisensi.













0 komentar:
Posting Komentar